Flavonoid
FLAVONOID
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru, dan sebagian zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.
Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suau rantai propane (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6.
Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur, yakni 1,3-diarilpropan atau flavonoid, 1,2-diarilpropan atau isofalvonoid, dan 1,1-diarilpropan atau neoflavonoid.
Ketiga struktur tersebut dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Struktur Flavonoid (a) Flavonoid, (b) Isoflavonoid,
(c) Neoflavonoid.
Fungsi Flavonoid
Flavonoid sering digunakan sebagai pigmen dan zat warna, banyak dijumpai pada antosianin dan bagian tumbuhan lain yang memilki warna orange, merah, biru, violet dan scarlet.
1. Secara tidak langsung mengatur pertumbuhan pada akar dan pucuk dan dormansi.
2. Penangkal serangan penyakit dan obat-obatan.
3. Sebagai senyawa penanda (markers) dalam mengklasifikasikan tumbuhan
Pembagian Flavonoid
1) Flavonoid O – glikosida
Flavonoid biasanya terdapat dalam bentuk O – glikosida, dimana satu gugus hidroksil flavonoid atau lebih berikatan dengan gugus karboksil dari gula dengan ikatan hemiasetal yang tidak tahan asam.
Gula yang paling umum ditemukan pada flavonoid O – glikosida adalah glukosa, galaktosa, ramnosa, xilosa dan arabinosa.
2) Flavonoid C – glikosida
Flavonoid C – glikosida merupakan flavonoid dengan struktur yang khas, dimana ikatan gula dengan aglikonnya adalah ikatan karbon-karbon (C-C), yang umum dijumpai adalah flavon-C-glikosida. Jenis gula yang terikat antara lain adalah glukosa, galaktosa, ramnosa, xilosa dan arabinosa.
Biosintesis Flavonoid
Semua flavonoid strukturnya saling berikatan, karena mempunyai jalur biosintesis yang sama yaitu melalui jalur shikimat dan jalur asam asetat malonat. Flavonoid yang pertama terbentuk pada biosintesis adalah kalokon dan bentuk isomernya flavon. Selanjutnya akan diturunkan flavonoid – flavonoid lainnya. Modifikasi flavonoid lebih lanjut akan terjadi pada berbagai tahap berikutnya, terjadi penambahan atau pengurangan hidroksilasi, metilasi gugus hidroksil atau inti flavonoid, isoprenilasi gugus hidroksil atau inti flavonoid, metilasi gugus orto dihidroksi, dimerisasi dan glikosilasi gugus hidroksil atau inti flavonoid.
Isolasi dan Pemurnian
Isolasi dan pemurnian Flavonoid biasanya sering dilakukan dengan metoda kromatografi. Cara yang paling umum untuk menentukan Flavonoid dalam tumbuhan adalah dengan kromatografi kertas dua arah dari ekstrak etanol pekat. Pengembang yang biasa digunakan adalah BAA (Butanol asam asetat air) 4:1:5 sebagai pengemulsi utama dan asam asetat 15% sebagai pengembang kedua.
Jika ekstrak tumbuhan merupakan campuran yang kompleks maka pemisahan dapat dilakukan dengan menggunting area flavonoid yang terpisah pada kromatografi dua arah ini. Selanjutnya kromatogram diekstraksi dengan methanol untuk pemeriksaan selanjutnya. Sedangkan metoda kromatografi kolom dilakukan bila flavonoid yang diisolasi dalam skala besar, dimana fase diam dapat digunakan sillika, sellulosa, sephadek dan amberlite.
Permasalahan
Dari yang telah saja baca Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru, dan sebagian zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.
1. Apakah ada flavonoid yang yang terdapat pada hewan? hewan apa saja yang mengandung flavonoid dan apakah fungsi dari flavonoid pada hewan bagi tubuh manusia itu sama dengan flavonoid pada tumbuhan jelaskan?
2. Apakah ada efek samping flavonoid pada hewan untuk tubuh kita?
Saya ingin menanggapi permasalahan kedua, apakah ada efek samping pada hewan? Sebelumnya kita ketahui dulu apakah flavonoid ada pada hewan? Setelah di cari akhirnya coba untuk melakukan sedikit penelusuran dengan logika : ‘Bisa saja flavonoid tersebut berasal dari tumbuhan yang berinteraksi dengan hewan’ dan akhirnya terakumulasi pada hewan yang dimaksud. Berikut ada kutipan dari sebuah artikel ‘Tomas-Barberan, F.A., Ferreres, F., and Tomas-Lorente, F., Flavonoids from Apis mellifera beeswax, Z. Naturforsch., 48c, 68, 1993.’ dengan harapan bisa mendukung bahwa flavonoid terdapat pada hewan. Tapi setelah membaca lebih lanjut pada bagian discussion ternyata hasilnya seperti ini: "in the case of honey, other flavonoid constituents coming from nectar and/or pollen are also present and they constitute nearly" yang dimana setelah membaca kalimat tersebut ternyata flavonoidnya tetap berasal dari tumbuhan, dalam hal ini berasal dari serbuk sari/nektar. Jadi apakah ada efek samping flavonoid pada hewan? Menurut penjelasan di atas tidak ada
BalasHapusbaik saya akan menjawab permasalahan no 1
BalasHapusmenurut saya tidak
Akhirnya kembali kepada minyak hati ikan hiu di atas, maka semakin memperkuat bahwa hasil yang diperoleh adalah benar-benar aneh. Hal ini disebabkan oleh sebuah alasan bahwa hewan darat yang berinteraksi langsung dengan tumbuhan tidak dapat memproduksi flavonoid apatah lagi dengan hewan laut yang bersifat karnivora.
Baiklah saya akan mencoba menjawab no 2
BalasHapusSelain memberikan manfaat, rupanya senyawa flavonoid juga memiliki risiko, seperti:
Kandungan senyawa flavonoid rupanya dapat berinteraksi dengan beberapa jenis obat yang diresepkan oleh dokter, hal ini bisa berbahaya bagi kesehatan Anda. Misalnya kandungan flavonoid naringenin yang dapat ditemukan di jeruk bali, terbukti dapat mengganggu kinerja obat. Tidak disarankan mengonsumsi obat-obatan yang dibarengi dengan sari jeruk bali tanpa saran dari dokter.
Jangan hanya mengonsumsi suplemen yang mengandung flavonoid saja, tanpa mengonsumsi sayuran dan buah-buahan yang mengandung nutrisi lainnya yang baik untuk tubuh Anda, seperti vitamin, mineral, dan juga serat.
Suplemen yang mengandung flavonoid mungkin memiliki dosis kandungan flavonoid yang lebih tinggi dibandingkan flavonoid yang terkandung di dalam sayuran dan buah-buahan. Ada baiknya Anda memperoleh flavonoid dengan memakan buah dan sayuran secara langsung.
Konsumsi suplemen flavonoid yang berlebihan rupanya tidak dianjurkan. Flavonoid dalam dosis tinggi yang masuk ke dalam tubuh Anda justru berbahaya, dan dampak buruknya lebih cenderung terjadi dibandingkan manfaatnya. Senyawa flavonoid juga dapat menembus plasenta sehingga zat ini berpotensi memberi dampak pada janin. Pastikan untuk mengikuti dosis dan aturan pakai dalam mengonsumsi suplemen flavonoid.
Flavonoid dalam hewan bisa saja di dapatkan dari makanannya, kebanyakan dari hewan herbivor dan hidup di darat
BalasHapusFlavonoid dalam hewan bisa saja di dapatkan dari makanannya, kebanyakan dari hewan herbivor dan hidup di darat
BalasHapus